-->

Subscribe Us

download mars humanis fisip unhas

Resume Dialog Administrasi “Orang-Orang Proyek, Karya: Ahmad Tohari”

     


 Oleh : Departemen Keilmuan & Penalaran

Aku insinyur. Aku tak bisa menguraikan dengan baik hubungan antara kejujuran dan kesungguhan dalam pembangunan proyek ini dengan keberpihakan kepada masyarakat miskin. Apakah yang pertama merupakan manifestasi yang kedua? Apakah kejujuran dan kesungguhan sejatinya adalah perkara biasa bagi masyarakat berbudaya, dan harus dipilih karena keduanya merupakan hal yang niscaya untuk menghasilkan kemaslahatan bersama? Memahami proyek pembangunan jembatan di sebuah desa bagi Kabul, insinyur yang mantan aktivis kampus, sungguh suatu pekerjaan sekaligus beban psikologis yang berat. "Permainan" yang terjadi dalam proyek itu menuntut konsekuensi yang pelik. Mutu bangunan menjadi taruhannya, dan masyarakat kecillah yang akhirnya menjadi korban. Akankah Kabul bertahan pada idealismenya? Akankah jembatan baru itu mampu memenuhi dambaan lama penduduk setempat?. Begitulah sinopsis dalam novel ini. Selain itu, dimana dalam novel ini Mengambil kilas waktu tahun 1991, cerita ini terjadi, masa orde baru. Dimana hal ini kejadiannya sebenarnya merupakan kegelisahan individu atas pekerjaannya.

Dari hal tersebut, kita dapat menjadi lebih sadar apakah permasalahan tersebut masih terjadi sekarang atau sebaliknya?. Kemudian, Dari novel ini sedikit banyak membuak mata pembaca bagaimana kecurangan terjadi di sekeliling kita. Parahnya kecurangan itu dianggap wajar oleh sebagian orang. Pelaksana proyek lebih patuh pada materi, politik dan penguasa, lantaran diasumsikan sebagai jalan pintas menuju sukses. Dengan membaca novel ini, pembaca jadi tahu alasan apa dibalik rusaknya sarana publik yang belum lama diresmikan. Anggaran yang dijadikan bahan bancakan oleh birokrat hingga pekerja lapangan sudah sepatutnya dibenahi karena ketimpangan itu berimbas besar bagi kepentingan khalayak umum. Terlepas dari itu semua, kaitannya dengan administrasi publik, novel “Orang-orang Proyek” tersebut memiliki kaitan, dalam hal ini dengan proses pengadaan barang & jasa yang seyogyanya menggunakan e-procurement agar tidak lagi terjadi pengerjaan proyek oleh pemborong yang asal-asalan dan hanya mau untung tanpa memikirkan aspek yang lain. Dimana hal tersebut meski sudah diterapkan sekarang namun pemanfatannya juga belum optimal. Kemudian, dalam pelanggaran yang nyata terkait novel tersebut antara lan; pembangunan yang dilakukan tidak mempertimbangkan segala aspek sehingga ada pihak yang dirugikan, pembangunan yang dilakukan merupakan intervensi besar-besaran partai politik, kekuasaan parpol dalam pembangunan yang ada meyepelekan salah satu aktor triple helix, yaitu LSM, kasus suap di


jembatan timbang yang merupakan tanggung jawab perda, implementasi UU No. 18 Tahun 1990 belum efektif, bahkan disepelekan, adanya tindakan represif yang diberikan parpol jika keinginan nya tidak terpenuhi, orang-orang proyek dari sudut pandang penulis merupakan tukang suap, pekerja sembarang asal dapat untung dan proyek diartikan sebagai kegiatan resmi tapi bisa direkayasa untuk dapat untung.

Terakhir, konsep yang ada dalam sebuah proyek, di mana lelang harus dilakukan dengan sejujurnya dan sebersih mungkin. Anggaran harus seratus persen dibelanjakan untuk kepentingan proyek, sehingga mutu pembangunan memenuhi persyaratan objektif. Akan tetapi nyatanya tidak demikian. Dalam pembangunan sebuah proyek seringkali terjadi permainan yang menyebabkan sulitnya tercipta proyek yang bersih. Permainan tersebut bisa berupa manipulasi kualitas dan kuantitas barang yang dibeli untuk keperluan proyek. Dampaknya, mutu bangunan menjadi taruhan dan masyarakatlah yang akan menanggung akibat buruknya. Ini kemudian memperlihatkan bahwa kepentingan publik masih diabaikan. Dari novel ini juga kita belajar hambatan yang bisanya dialami dalam pembangunan suatu proyek,  yaitu :


1.        Pemerintah sebagai pemilik proyek dan para politikus terlalu banyak campur tangan dalam tingkat pelaksanaan. Proyek yang dibiayai oleh dana pinjaman luar negeri dan akan menjadi beban masyarakat, mereka anggap sebagai milik pribadi.
2.        Ternyata orang-orang kampung juga ikutan bermain nakal dengan menyuap kuli untuk mendapatkan semen, paku, kawat, dan lainnya.
3.        Mandor yang mencatat penerimaan material pun pandai bermain. Dia bermain dengan menambah angka jumlah pasir atau batu kali yang masuk, misal truk yang masuk 10 kali dicatat menjadi 15 kali, Dan kekurangannya dia menerima suap dari para supir.
4.        Menghadapi tingkat kebocoran itu, ternyata kepala proyek seakan-akan tidak ambil pusing menanggung beban tersebut.


Salam Biru Langit,

Kejayaan Dalam Kebersamaan!