-->

Subscribe Us

download mars humanis fisip unhas

Istitusi Pendidikan Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Indonesia Ditengah Cengkraman Globalisasi

Oleh: Muh.Hidayat DJ (Ketua Umum Humanis Fisip Unhas Periode 2015-2016)
Pengembangan sumber daya manusia pada suatu bangsa memiliki konstribusi terhadap kemajuan bangsa tersebut. Sebuah bangsa yang maju ternyata adalah bangsa yang didukung oleh sumber daya yang berkualitas, dan dapat melahirkan berbagai kreatifitas untuk mendukung pengembangan bangsanya.  Indikator dalam menentukan kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari rata-rata tingkat pendidikan anggota masyarakatnya dan juga  kualitas pendidikannya. Saat ini kualitas sumber daya manusia Indonesia sangat jauh tertinggal, jika kita bandingkan dengan perkembangan negara-negara dunia, bahkan dengan negara tetangga sekalipun. Menurut indeks pengembangan sumber daya manusia, Indonesia berada di bawah peringkat negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Philipina, bahkan dengan negara Vietnam yang baru saja  bangkit dari keterpurukannya.
Dalam ketertinggalan kualitas sumber daya manusia kita sekarang ini, kita juga dihadapkan untuk harus berjuang keras menghadapi persaingan global yang sudah mulai intens.  Kalau kita tidak mampu bersaing maka Negara ini akan tersingkir dengan sendirinya. Dengan itu Pendidikan di Indonesia yang diselenggarakan melalui jalur formal, non-formal dan informal menjadi harapan untuk peningkatan sumber daya manusia.  Dengan demikian kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan mampu menjawab tantangan era globalisasi. Akan tetapi system pendidikan diIndonesia yang tidak lagi berorientasi pada mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara tapi lebih berorientasi pada kompetisi dan yang dihasilkan bukanlah kualitas sumber daya yang baik malah melahirkan SDM yang apatis, individualis serta egois akibat dari system pendidikan yang kompetisi seperti yang ditulis dalam buku “Membangun Kesadaran Kritis”. Tapi bukan cuman pendidikan yang perlu kita perhatikan melainkan  kesehatan juga merupakan investasi jangka panjang yang akan menentukan kualitas dan nasib suatu negeri di era globalisasi.
Dilihat dari bidang pendidikan bahwa realitas yang terjadi di dunia pendidikan dan kesehatan itu sudah dipengaruhi oleh globalisasi. Contohnya seperti yang saya baca dalam buku tentang siti fadilah supari mengenai masalah pendidikan dokter yang mengatakan bahwa pada tahun 2008 menurut hasil survey reform institute yang membuat kecewa siti fadilah karena banyaknya mahasiswa asing yang kuliah di fakultas kedokteran di perguruan tinggi negeri kita. Misalnya siswa asal malaisya mencapai 30 persen, sementara itu untuk siswa Indonesia memiliki 4 persen untuk masuk di fakultas kedokteran. Faktanya menurut SFS ini bahwa fakultas kedokteran universitas hasanuddin menerima sekitar 300 mahasiswa asing dengan alasan ingin disebut word class, yang parahnya lagi mahasiswa asing praktik dirumah sakit pendidikan yang dananya dibiayai oleh pemerintah. Sebaliknya anak – anak negri justru menjadi kuli di rumah sendiri.
Pengaruhnya terhadap pelayanan kesehatan dilihat dari perilaku, dimana perilaku social SDM itu kemudian dipengaruhi oleh budaya yang ada dilingkungan rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan yang dapat menimbulkan diskriminasi dalam pelayanan kesehatan yang harusnya pelayanan kesehatan itu sesuai dengan UU RI NO.23 tahun 1992 tentang kesehatan kemudian untuk mengukur kualitas pelayanan yang prima menurut lijan poltak sinambela yaitu transparansi ( terbuka), akuntabilitas (pelayan sesuai dengan aturan), kondisional (pelayanan sesuai dengan kemampuan dan fasilitasnya), partisifatif (memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan yang dilayani), kesamaan hak ( tidak adanya diskriminasi), keseimbangan hak dan kewajiban (keadilan). Itulah seharusnya dilakukan untuk menjawab tantangan kesehatan di era globalisasi sekarang.